portal kabar – Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, baru-baru ini mengungkapkan bahwa kerusakan atap Stadion Wibawa Mukti Cikarang akibat terjangan angin puting beliung beberapa hari lalu diperkirakan menimbulkan kerugian hingga Rp8 miliar.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bekasi, Iman Nugraha, menjelaskan bahwa estimasi kerugian tersebut didasarkan pada penghitungan yang dilakukan oleh tim dari Kementerian Pekerjaan Umum setelah melakukan peninjauan langsung ke lokasi stadion.
“Ini adalah perhitungan awal sebesar Rp8 miliar dari tim Kementerian PUPR yang telah turun untuk mengecek kondisi stadion setelah diterpa angin kencang,” ujarnya di Cikarang pada hari Jumat.
Dia menambahkan bahwa biaya perbaikan diperkirakan akan melebihi Rp15 miliar, jika merujuk pada penghitungan nilai kerugian yang dilakukan oleh kementerian terkait. Hal ini dikarenakan perbaikan tidak hanya akan difokuskan pada area yang rusak, tetapi juga akan mencakup seluruh atap yang terdampak.
Rencananya, mereka juga akan memasang fasilitas penutup angin untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, sehingga struktur bangunan dapat lebih terlindungi saat menghadapi angin kencang.
“Perbaikan yang dilakukan tidak hanya akan mencakup bagian yang rusak, tetapi juga seluruh area atap. Selain itu, kami akan menambahkan tutupan angin untuk memperkuat struktur atap,” jelasnya.
Rencana perbaikan juga akan melibatkan kerangka besi baja yang menjadi bagian penting dari struktur atap, karena beberapa bagiannya mengalami kerusakan, termasuk jatuh dan copot.
“Kami akan memastikan bahwa perbaikan di area tribun VIP mendapatkan perhatian serius. Kekuatan dan ketahanan bangunan adalah prioritas demi keselamatan masyarakat yang berada di stadion,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Bekasi telah mengirimkan surat kepada Kementerian Pekerjaan Umum untuk meminta bantuan perbaikan Stadion Wibawa Mukti Cikarang. Namun, berdasarkan hasil koordinasi terbaru, anggaran kementerian untuk tahun 2025 sudah disetujui. Pemerintah daerah tetap berupaya mencari solusi, mengingat kejadian ini merupakan dampak dari faktor alam.
“Kami masih menunggu kepastian. Jika tidak bisa melalui anggaran kementerian, setidaknya kami berharap ada surat balasan secara administrasi,” tutupnya.
pram