portal kabar – Baru saja dilantik sebagai Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto langsung membuat langkah yang cukup kontroversial, memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.
Melalui surat berkop resmi Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 19/UMM.02.03/X/2024, Yandri mengundang kepala desa, ketua RT, dan kader posyandu di Kramatwatu, Serang, Banten, untuk menghadiri peringatan haul ke-2 ibunya, Hari Santri, dan juga acara tasyakuran. Kecelakaan surat yang ditandatangani pada hari pelantikannya oleh Presiden Prabowo Subianto ini pun viral di media sosial. Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, tak segan-segan mengkritiknya, menyatakan bahwa kop surat resmi tidak seharusnya dipakai untuk urusan pribadi.
Mahfud menegaskan, “Kop surat dan stempel resmi tidak boleh dipakai untuk acara pribadi.” Jika surat itu benar, maka jelas ada yang tidak beres.
Dedi Kurnia Syah, analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), juga menilai tindakan Yandri berisiko menyalahgunakan kekuasaan. Mengingat istri Yandri, Ratu Rachmatu Zakiyah, adalah calon Bupati di Pilkada Serang, Dedi mencurigai ada potensi mobilisasi aparat desa untuk mendukung kepentingan pribadi.
Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, menambahkan bahwa seorang pejabat publik seharusnya mampu memisahkan kepentingan pribadi dari kepentingan publik. “Jangan sampai ada konflik kepentingan,” ujarnya.
Kunto Adi Wibowo dari Universitas Padjadjaran menegaskan bahwa Yandri tampaknya tidak paham soal konflik kepentingan, yang merupakan penyakit dari pemerintahan sebelumnya. “Ini jelas konflik kepentingan,” tegasnya.
Melihat situasi ini, Kunto berharap Prabowo bisa lebih tegas dalam menegakkan norma dan etika. Sementara itu, Yandri mencoba menjelaskan bahwa acara haul tersebut tidak ada muatan politik. Namun, tindakan ini tetap menuai banyak kritik, dan banyak yang merasa bahwa seorang menteri seharusnya lebih bijak dalam menggunakan fasilitas negara.
“Saya menghargai kritik Pak Mahfud,” kata Yandri, “Namun, acara ini murni untuk mengenang emak kami.”
Mungkin Yandri perlu mengingat bahwa dalam dunia politik, perpisahan antara urusan pribadi dan publik adalah hal yang penting agar tidak terjebak dalam situasi yang memalukan seperti ini.
Sumber Tirto/pram