portal kabar – Pecahnya Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar di Kabupaten Bekasi sebenarnya sudah bisa diprediksi oleh banyak orang. Situasi ini sama sekali tidak mengejutkan, mengingat ketidakstabilan yang telah terjadi di dalam partai tersebut selama beberapa waktu terakhir.
Dalam dunia politik, seringkali ambisi pribadi lebih diutamakan dibandingkan kepentingan bersama. Di Golkar Kabupaten Bekasi, banyak kader yang lebih mementingkan ambisi untuk menduduki posisi penting, baik di tingkat daerah maupun provinsi. Persaingan yang sangat ketat ini justru menciptakan ketegangan yang memecah belah partai.
Hal ini membuat salah satu tokoh di Kabupaten Bekasi merasa perlu untuk menyoroti kondisi sebenarnya di tubuh Partai Golkar.
H. Oding dalam pernyataannya mengingatkan bahwa apa yang terjadi di Golkar Kabupaten Bekasi saat ini seolah mengulang sejarah yang buruk.
“Ingatan kita kembali pada saat Marjuki mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Bekasi ketika H. Eka dilantik. Saat itu, tidak ada satu pun anggota DPRD dari Fraksi Golkar yang hadir untuk memberikan suara bagi Marjuki. Dari partai mana dia maju?” ujarnya.
H. Oding melanjutkan, meskipun Marjuki memenangkan proses tersebut dengan hasil 40:0, itu tidak menjadikannya melangkah mulus untuk dilantik sebagai Wakil Bupati Bekasi. Perjalanannya terhambat meskipun akhirnya dilantik karena kebutuhan mendesak setelah meninggalnya Bupati Eka saat itu.
“Semuanya terlihat jelas saat ini, seolah ingin mengulang peristiwa yang sama. Banyak kader Golkar yang membelot dan menolak Marjuki untuk mendukung Dani Ramdan sebagai calon Bupati Bekasi,” tambahnya.
Terkait dengan pemecatan yang diumumkan oleh Marjuki sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bekasi, banyak kader yang merasa terancam dan bereaksi keras.
Rudi Hartono menegaskan bahwa hingga saat ini ia belum menerima surat pemecatan seperti yang dinyatakan oleh Marjuki. Dirinya masih menunggu apakah Marjuki benar-benar bisa mengeluarkan surat pemecatan atas namanya.
“Sebaiknya dia membahas mekanisme yang ada, bukan bersikap arogan seolah dia memiliki kuasa atas segalanya,” ujarnya.
Roan Sukraeni juga menyampaikan hal serupa. Ia mengaku belum menerima surat pemecatan dari Marjuki seperti yang diungkapkan dalam konferensi persnya.
Baron Bimo Supono juga menegaskan hal yang sama. Selain mengaku tidak mendapatkan surat pemecatan dari Marjuki, ia menekankan bahwa situasi ini justru semakin memperkuat dukungannya terhadap paslon 03.
“Gaya kepemimpinan Marjuki justru membuat kami, kader Golkar, semakin menolak untuk patuh. Evaluasilah diri sendiri dan jangan selalu menyalahkan kader,” tutupnya.
bram ananthaku