portal kabar – Upaya dalam memperjuangkan nasib pekerja lokal di area Kawasan Industri selalu mendapat perhatian dan gencar disuarakan oleh LSM Masyarakat Peduli Investor (LSM MPI). Fokus terhadap isu yang sering kali menjadi perhatian dalam konteks hubungan industrial dan kebijakan ketenagakerjaan pun menjadi prioritas LSM MPI.
Aksi damai dalam menyuarakan tuntutan yang dibalas dengan dugaan penculikan disertai penganiayaan (Baca: Aksi Damai Para Pengunjuk Rasa, Dibalas Arogansi Satpam MM 2100 Dengan Lakukan Kekerasan) oleh oknum Satpam pengelola kawasan ini, Senin, 19/08/2024, berbuah pelaporan kepada pihak yang berwajib.
LSM MPI yang dikomandoi oleh Dr Anwar Musyadad sebagai Ketua Umumnya membuka laporan kepolisian atas perbuatan yang dianggap telah mengintimidasi serta pengancaman terhadap masyarakat tersebut.
“Benar, kami telah mendampingi korban untuk melaporkan oknum satpam kawasan yang telah melakukan penganiayaan, Senin, 19/08/2024, sore. Sangkaannya adalah dengan merujuk pada pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat,” kata Anwar.
Anwar menegaskan dalam pengakuannya, korban menyebutkan jika dirinya ditarik oleh enam orang satpam kawasan kedalam gerbang lalu dipukuli hingga banyak memar dibagian kepala.
“Dia memang satpam, tapi apa SOP nya dalam menangani aksi damai dengan cara biadab seolah dirinya lebih power full daripada aparat hukum yang ada ?. Seandainya memang rusuh, pasti polisi sudah bertindak tegas membubarkan secara paksa. Ini satpam kok belagunya melebihi batas,” sungut Anwar.
Anwar menyadari jika memperjuangkan nasib pekerja lokal di Kawasan Industri MM 2100 adalah proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama antara pekerja, serikat, pemerintah, serta masyarakat.
Upaya ini bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja yang adil dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
“Harapan saya, perhatikanlah local wisdom di area sekitar untuk dijadikan prioritas. Jangan dianggap musuh apalagi direndahkan dengan cara-cara mencegah mereka untuk maju dan cuma dijadikan penonton dikampung halamannya sendiri,” tutup Anwar.
pram