Dito Seno Pramono, Pemerhati Politik dan Kebijakan
portal kabar – Ancaman Pemecatan yang diumumkan oleh Partai Golkar dan digelar secara terbuka mendapat tanggapan dari pemerhati politik dan kebijakan di Kabupaten Bekasi.
Kegagalan Marjuki sebagai Ketua DPD Golkar Kabupaten Bekasi sangat jelas terlihat dari berbagai aspek penting dalam kepemimpinan dan manajemen organisasi. Pemecatan kader-kader yang seharusnya menjadi kekuatan partai justru mencerminkan adanya masalah serius dalam kepemimpinannya.
Salah satu tanda utama dari keberhasilan seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam mengelola tim dan menjaga hubungan baik dengan anggotanya. Namun, Marjuki tampaknya tidak mampu menciptakan lingkungan kerja yang positif. Pemecatan kader-kader yang seharusnya menjadi aset berharga bagi partai menunjukkan bahwa ia tidak dapat menangani konflik internal dengan baik. Sebagai pemimpin, seharusnya ia bisa menemukan solusi yang lebih konstruktif daripada mengambil langkah drastis seperti pemecatan.
Perlu diingat bahwa selama Marjuki menjabat, banyak suara potensial Partai Golkar yang pergi. Tuti Yasin, misalnya, lebih memilih bergabung dengan Partai NasDem, diikuti oleh Siti Qomariah yang juga memilih NasDem. dr. Asep pun memilih Partai Buruh dan meninggalkan Golkar karena merasa dikhianati oleh Marjuki.
TAS, (Tuti, Asep, dan Siti) adalah suara-suara yang tidak mampu dipertahankan Marjuki dengan gaya kepemimpinannya yang penuh kepalsuan.
Setiap pemecatan dalam organisasi politik dapat mengancam stabilitas partai. Dalam konteks Golkar Kabupaten Bekasi, pemecatan kader dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan anggota lainnya dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu. Jika ketegangan ini tidak dikelola dengan baik, bisa berujung pada perpecahan yang lebih besar, di mana kader-kader yang merasa tidak puas memilih untuk keluar dari partai atau bergabung dengan partai lain.
Secara keseluruhan, kegagalan Marjuki sebagai Ketua DPD Golkar Kabupaten Bekasi terlihat dari berbagai sudut pandang yang menunjukkan bahwa kepemimpinannya tidak efektif. Pemecatan kader bukan hanya merugikan individu yang dipecat, tetapi juga berpotensi merugikan partai secara keseluruhan. Dalam dunia politik yang penuh dinamika dan tantangan, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan manajerial yang baik, komunikasi yang efektif, dan strategi yang jelas untuk mencapai tujuan bersama. Jika hal-hal ini tidak dapat dipenuhi, maka Marjuki seharusnya mengevaluasi kembali kepemimpinannya dan mempertimbangkan untuk mundur dari posisinya sebagai Ketua DPD karena jelas ia tidak mampu.
Dengan demikian, kepemimpinan di DPD Golkar Kabupaten Bekasi ke depan dapat lebih baik dalam mengelola kader dan menjaga stabilitas partai, demi mencapai tujuan bersama yang lebih besar.
bram ananthaku