prtal kabar – Unjuk rasa terhadap pengelola Kawasan Industri MM 2100 Kabupaten Bekasi atas tertolaknya upaya pada dialog dalam memperjuangkan peluang pekerjaan, berusaha dan CSR oleh masyarakat sekitar berujung kekerasan.
Sebelumnya masyarakat yang mengatasnamakan ‘Masyarakat Peduli Investor’ (MPI), telah melakukan upaya melalui surat tertulis untuk bisa berdialog dalam mengungkapkan keresahan pada sulitnya mendapatkan prioritas pekerjaan serta kesempatan berusaha hingga membicarakan masalah CSR pun tertolak.
Demi pemenuhan rasa keadilan, MPI pun melakukan upaya kedua berupa unjuk rasa dengan menggelar aksi damai terhadap PT Bekasi Fajar Industrial Estate dan PT Megalopolis Manunggal Industri. Aksi itupun digelar, Senin, 19/Agustus/2024, sesuai surat pemberitahuan dan ijin dengan nomor 041/LSM-MPI/VIII/2024.
Sayangnya aksi damai yang digelar sejak pagi itupun dinodai dengan sikap arogansi Satpam dari pengelola Kawasan Industri MM 2100 tersebut, hingga melukai dan memakan korban dari pihak pengunjuk rasa.
Saat itu korban ditarik paksa oleh Satpam, dijambak dan dipukuli. Akibat kekerasan tersebut korban menderita luka yang cukup parah di sekujur tubuhnya.
“Polisi saja santun dan bertindak bijaksana, ini yang cuma Satpam gayanya congkak, arogan dan merasa menjadi penguasa,” sungut salah satu peserta unjuk rasa.
Berdasarkan pantauan, keributan terjadi saat Satpam menghadang mobil komando MPI yang ingin melaju kedepan pintu gerbang. Hasilnya terjadi tarik menarik. Salah satu peserta aksi diduga ditarik masuk oleh Satpam kawasan hingga mendapatkan kekerasan.
Mendapati laporan itu, Ketua Umum LSM MPI, Dr Anwar Musyadad akan segera mengambil langkah hukum guna melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum Satpam kawasan tersebut.
“Unjuk rasa itu dilindungi oleh undang-undang, dan pihak Satpam tidak bisa serta merta menghalangi apalagi sampai menggunakan kekerasan. Aksi unjuk rasa ini aksi damai dan bukan aksi anarkis. Kita sudah tempuh sesuai prosedur,” jelas Ketum MPI.
Salah seorang emak-emak yang turut aksi mengatakan jika banyak dari masyarakat sekitar kawasan merasa sulit mendapatkan pekerjaan. Bahkan berusahapun juga dihalang-halangi. “Mayoritas mereka mengambil dari tenaga kerja luar daerah dan kami hanya dijadikan penonton saja,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, korban sedang menunggu hasil visum guna pemenuhan unsur pelaporan terhadap dugaan kekerasan yang dialaminya.
Red/BA